ASSALAMU'ALAYKUM. SILAHKAN SURFING DI BLOG SAYA. SEMOGA BERKENAN! ^_^

Rabu, 08 Juli 2009

52. Asal-Asalan Memilih Teman Baik

Banyakan diantara kita nggak peduli milih teman. Asal ada aja teman mainnya. Nggak peduli baik atau buruk. Padahal teman sangat mempengaruhi sifat-sifat dan karakter kita. Agama kita juga sangat dipengaruhi oleh teman. Udah sadar pa belum, kalo teman kita baik kita juga jadi baik nantinya. Coba kalo teman kita pemabuk sangat besar kemungkinan kita juga ikut-ikutan mabuk. Makanya kalo memilih teman diusahakan jangan dilakukan dengan asal-asalan.
Eh, teman, kalo kamu tanyakan sifat seseorang maka lihatlah temannya. Artinya siapa temannya, kalo temannya baik berarti dia juga baik (InsyaAllah). Nah, ada yang lebih penting yaitu kalo kalian pengen ngelamar gadis maka lihatlah siapa teman gaulnya. Selanjutnya kamu tanyakan dia pada teman dekatnya. Tapi kalo udah jahat teman dekatnya nggak usah ngelamar. Jangan-jangan dia juga orangnya nggak baik (Astghfirullah). Pokoknya udah tersangka deh. Jadi kesimpulannya, sifat teman gaul akan menular kepada kita. Coba aja liat haditsnya ini:
“Bahwasanya permisalan teman duduk yang baik dan yang buruk seperti penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya atau kamu turut mendapatkan bau wanginya sedang tukang besi bisa membakar bajumu atau kamu ikut mendapatkan bau tak sedap.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa bergaul dengan orang-orang shaleh dan berakhlak mulia memiliki pengaruh pada kebaikan seseorang dan setiap teman akan mencontohi teman gaulnya. Sebaliknya bergaul dengan orang-orang hina dan jahat menjerumuskan pada kecelakaan manusia. Rasulullah memberikan dua permisalan yang gamblang untuk menjelaskan hal itu.
“Seseorang tergantung dari agama (kebiasaan) temannya maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang ia jadikan teman karib.” (HR. al-Tirmidzi)
Lebih parah lagi kali teman gaul non-muslim (Jadi teman akrab, mungkin itu maksudnya). Bisa aja kamu ditarik ke geraja (misionaris jelek!) atau kuil atau sinagog (Jews munafik!) dll. Soalnya da’wah mereka itu lebih kuat karena udah kerjasama dengan syaitan (mungkin maksudnya, mereka lebih mengedapankan logika, mengumbar hawa nafsu untuk menggoyang iman kita). Coba siapa yang kalian pilih diantara teman berikut ini: Ibrahim apa Abraham, Maryam apa Maria, Abu atau Obet, dll. Itu cuman misal.
“Janganlah engkau bersahabat kecuali orang beriman.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud)
Singkatnya, kita harus milih teman yang baik, yang ngerti agama, yang pintar and cakap, de es te. Kalo nggak gitu pasti deh kita-kita nyesel banget di akhirat.
“Dan (Ingatlah) hari (Ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya (menyesal berat), seraya berkata: ‘ Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul’.” (Qs: al-Furqan: 27)
Artikel Abu Syahidah dalam buku “Kamu Hobi tapi Agama Melarang” dengan sedikit perubahan

Baca Selengkapnya......

44. Tidak Beradab Ketika Masuk WC

Saudaraku seiman, WC tempatnya kotoran. Disana juga tinggal syetan dan jin. Banyakan orang kecelakaan di WC langsung bisa mati. Jadi kita harus hati-hati, kalo jatuh di WC bisa-bisa langsung dikubur (Innalillahi..). Banyakan juga orang menghayal di WC. Makanya kita harus perhatikan betul adab-adab masuk WC biar syaitannya lumpuh.

Gimana adab-adab yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kalo masuk WC? Ikuti berikut ini:
a. Disunahkan berdoa sebelum melangkah masuk WC. Ini doanya:
“Allahumma inni a’udzubikka minal khubutsi wal khabaits.” (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan) .” (HR. Bukhari)
b. Disunahkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC atau kamar mandi dan kaki kanan ketika keluar.
c. Disunahkan ketika keluar dari tempat buang hajat ata WC berdoa: Gufranaka (Aku mohon ampunan-Mu)
“Dari ‘Aisyah ra. bahwasanya Nabi apabila keluar dari kamar kecil berdoa: Gufranaka.” (HR. Turmudzi)
d. Jangan berdzikir dalam WC atau kamar mandi kecuali dzikir dalam hati saja.
Artikel Abu Syahidah dalam buku “Kamu Hobi tapi Agama Melarang” dengan sedikit perubahan.

Baca Selengkapnya......

38. BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLAH

Masalah ini juga sangat berbahaya sebab termasuk juga syirik. Makanya jangan asal bersumpah. Pokoknya deh, sumpah itu hanya untuk atas nama Allah SWT, jadi kita hanya boleh bilang : Demi Allah. Kalau dibahasa Arabkan menjadi : Lillahi, Wallahi, atau Tallahi. Kalau bersumpah dengan kata selain itu maka syirik (Astaghfirullah). Kalo nggak yakin gue nunjukin dalil mengenai hal tersebut, Ok!
“Siapa yang bersumpah atas nama selain Allah maka ia telah syirik.” (HR. Ahmad)
Adakah sumpah muda-mudi yang menyebut selain dari nama Allah? Jawabannya, bbuanyaaaak sekali. Misalnya:
a. Demi langit dan bumi, aku bersumpah……………
b. Demi bangsa dan Negara……….
c. Demi amanah
d. Demi engkau yang kucintai………….
e. De el eL
Artikel Abu Syahidah dalam buku “Kamu Hobi tapi Agama Melarang” dengan sedikit perubahan.

Baca Selengkapnya......

Selasa, 07 Juli 2009

Selalu Ada Solusi

Oleh: Ibnu Jarir, Lc

Kuda Kemenangandakwatuna.com -Segala puji hanya bagi-Mu ya Allah, Engkau Maha memberi kemenangan bagi siapa saja hamba-Mu yang berjihad dijalan-Mu dan berkorban demi tegaknya kalimat-Mu dengan penuh kesabaran. Ya Allah…Ya Naashiru…tsabat kan kami dalam mengemban amanah Mu, ampuni kelemahan kami dan sikap kami yang melampaui batas…

Saudaraku…

“Huffatil jannatu bilmakarih wahuffatinnaaru bissyahawat…” surga dikitari oleh sesuatu yang tidak disukai oleh nafsu, sebaliknya neraka dihiasi dengan hal-hal yang memanjakan syahwat. Maka hanya hamba-hamba yang sadar surga saja yang mampu mengemban beban perjuangan dan pengorbanan untuk dakwah.

Saudaraku…

Setiap kita hendaknya bertanya pada diri ini, akan kejujuran perjuangan dan pengorbanan kita. Benarkah kita telah berjuang? Berjuang untuk apa dan siapa? Bersabarlah kita dalam perjuangan untuk tetap dalam manhaj-Nya? Untuk tidak tergoda oleh dunia? Atau terbujuk rayuan wanita? Atau terlena dengan tahta?

Saudaraku…

Sudahkah kita berkorban untuk taat? Berkorban untuk tegaknya nilai-nilai Dienullah? Berkorban untuk menghentikan atau meminimalisir kezhaliman? Berkorban untuk membantu saudara-saudara kita yang tertindas? Berkorban dalam dakwah di jalan-Nya? Berkorban untuk menyelamatkan moralitas anak-anak negeri ini? Berkorban…dan berkorban?

Saudaraku…

Betapa terngiangnya genderang kalimat Allah Swt di relung hati kita yang paling dalam, kita yang sadar, kita yang sensitif akan kebahagiaan, kita yang senantiasa merindukan surga, kita yang berharap untuk berjumpa dengan-Nya, kita yang merindukan untuk menatap wajah-Nya,”Am hasibtum ‘an tadkhulul jannah ?”… apakah kita mengira akan mendapat surga dengan begitu mudah?

Saudaraku…

Setelah kita cermati perjuangan dan pengorbanan kita dijalan Allah untuk tegaknya dakwah ini, kita menjadi tahu…, sadar…dan insaf…Ya Allah sesungguhnya kami belum berbuat apa-apa untuk Islam, kecuali sedikiiit..,ya Allah …janganlah Engkau hinakan kami…jangan Engkau azab kami, Ya Allah…ampuni kami…rahmati kami, karuniakan kekuatan kepada hamba-hamba-Mu ini ya Qowiyyu…, agar kami mampu bangkit memperbaiki kelemahan kami … untuk meraih kemenangan dari sisi-Mu…

Saudaraku…

Ingatkah kita akan perjuangan dan pengorbanan pemimpin kita yang agung: Muhammad Saw.? kala tekanan dan permusuhan mendera dirinya untuk sebuah risalah besar dakwah yang di emban nya, hampir-hampir tak sejengkal bumi Mekah yang bisa dipijaknya, sepulang dari Thaif tiba-tiba sebuah pertanyaan dari Zaid bin Haritsah ra. terlontar; “Ya Rasulullah kaifa ta’uudu ila makkah waqod akhrojuuka? ( ya Rasulullah bagaimana engkau akan kembali ke Mekah sedang mereka telah mengusirmu? ) Jawab Rasulullah saw. dengan pemberian harapan besar pada kita dan umat yang besar ini: “Ya Zaid Innallaha jaa’ilun limaa taroo farojan wamakhroja…” (wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan menjadikan apa yang saat ini anda lihat, jalan keluar dan solusi…).

Saudaraku…

Semoga kemenangan itu dekat. Semoga kita adalah orang-orang yang terpilih untuk menjadi pelaksana kemenangan dakwah ini. Ya Allah ampunilah kelalaian kami, jadikanlah kami orang-orang yang siap berkorban apa saja untuk dakwah ini… amin.

Baca Selengkapnya......

Jumat, 03 Juli 2009

Mengungkapkan Cinta Buat si Kecil

Mengungkapkan Cinta Buat si Kecil
Sebagai orangtua, tentu secara alami kita ingin menyayangi anak kita. Tapi bagaimana cara mengungkapkan kasih sayang kita kepada anak kita yang masih bayi. Seorang bayi mungkin tidak mengerti dengan apa yang kita katakan, tapi bukan berarti dia tidak mengerti. Dengan cara berikut, bayi Anda akan merasakan cinta Anda: :)

  • Sentuhlah kulit bayi Anda. Sentuhan dan pijatan lembut dapat mempererat hubungan orangtua dan bayi dan dapat membuat bayi merasakan ketenangan.
  • Peluklah bayi Anda sesering mungkin. Pelukan dapat memacu dihasilkannya hormon pertumbuhan dan membuatnya bahagia, tenang dan percaya diri.
  • Sentuhan langsung, misalnya saat berada di kamar atau ruangan tertutup, Anda dapat mendekapnya dengan pelukan langsung (bertelanjang dada). Sentuhan seperti ini dapat menormalkan suhu bayi dan membantu jantungnya berdetak dengan teratur.
  • Mandikan bayi dengan kasih sayang. Mandi merupakan saat bermain bagi bayi dan kegiatan ini dapat merangsang indra peraba bayi.
  • Ajak bicara bayi Anda dengan suara lembut. Anda juga bisa membacakan dongeng saat dia ingin tidur. Suara Anda membantunya untuk lebih mengenal Anda dan membantu membuatnya tidur lelap.
  • Perdengarkan Al Quran dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al Quran diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat.

Seperti diketahui, dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang outputnya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al Quran pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al Quran mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak

  • Menyanyi untuk bayi Anda. Menyanyi dapat membuatnya merasa gembira. Anda juga dapat bernyanyi sambil bertepuk tangan atau mengajari bayi Anda bertepuk tangan sehingga suasana menjadi lebih bergembira.
  • Tiup perut bayi Anda atau gelitik kakinya. Dengan melakukan ini, Anda akan merasa senang melihat senyum dan mendengar suara tawanya. Kegiatan ini membuat zat endhorpin mengalir deras dan menjadikan anak Anda merasa berharga dan bahagia.
  • Berikan kecupan mesra setiap hari. Hal ini dapat terus dilakukan sampai anak Anda dewasa. Ciuman dapat membuat anak Anda merasa disayangi sehingga membuatnya kuat dan percaya diri.

Baca Selengkapnya......

Kamis, 02 Juli 2009

Hati-hati dengan Pujian
Hati-hati dengan Pujian
Setiap manusia mengharapkan apa yang diinginkannya tercapai. Ada yang berharap lulus ujian sekolah, menjadi pejabat, memiliki handphone bagus atau pakaian serba mewah, dan berbagai harapan yang menjadikannya dihormati orang lain. Ada pula yang beribadah dan melakukan kedermawanan sosial dengan bergelimang sorotan media massa atau perhatian dari orang-orang disekitarnya.

Apakah semua itu perlu dan untuk siapa? Apakah karena Allah atau karena ingin pujian manusia?

Saudaraku, luangkanlah waktu sejenak saja untuk bertafakur. Koreksi kembali setiap aktivitas atau amal ibadah yang dilakukan. Apakah karena Allah atau untuk mencari pujian manusia semata. Karena tidak sedikit orang yang melakukan segala cara untuk memperoleh harta dan jabatan ataupun ketika beribadah, hanya untuk pujian makhluk. Padahal amal ibadah kita bisa hancur lebur seandainya kita merasa senang dengan pujian itu.

Hati-hatilah dengan pujian, sekiranya ada yang memuji maka kembalikanlah segera kepada Allah dan beristigfar. Insya Allah dengan demikian kita terhindar dari penyakit uzub (merasa diri lebih dari yang lain).

Pujian berlebihan juga bisa menjadikan amal tidak lagi karena Allah. Yang akhirnya menimbulkan riya’ (pamer atau ingin dilihat amalnya) dan sum’ah (ingin popularitas). Misalnya, seseorang shalat hanya ingin dipuji oleh temannya, bersedekah hanya karena ingin disebut sebagai orang yang dermawan, membaca al-Quran dengan suara yang lantang agar disanjung orang lain.

Riya’ jika mencampuri amal, akan membatalkan amalan itu. Selanjutnya menjadikan ia terhijab dari cahaya Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, "...... Maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengamalkan amal yang shalih dan jangan menyekutukan Rabbnya dengan seseorang dalam beribadah." (QS al-Kahfi [18]: 110).

Cukuplah Allah tempat kita berharap, karena dialah yang menentukan segala-galanya. Tidak layak kita merasa bangga dengan amal yang diperbuat, karena segala amal itu mutlak karena kekuasaan Allah dan rahmatnya. Taubat dan syukur harus terus diperbanyak atas amal yang telah diperbuat agar terhindar dari sifat riya’.

Semoga kita termasuk orang yang berhati-hati dalam menerima pujian. Tidak mencari pujian dalam setiap amal ibadah yang dilakukan dan menjaga setiap aktivitas agar senantiasa bersih dari riya’ dan sum`ah. Wallahu a`lam bisshawab.

Baca Selengkapnya......

Energi dan Realisasi Mimpi

Beberapa tahu lalu, seorang sahabat mengingatkan saya mengenai pentingnya energi untuk meraih visi. “Impian-impian besar memerlukan energi besar”, begitu sahabat saya mengatakan. Banyak orang berhenti ditengah jalan hanya karena kehilangan daya tahan ditengah banyaknya rintangan. Karena memang impian besar akan selalu ditemani oleh besarnya tantangan.

Banyak pasangan berantakan sebelum selesai mewujudkan rumah bahagia yang diimpikan, karena masing-masing kehabisan energy kesabaran. Banyak organisasi dilanda perpecahan sebelum visi mampu direalisasikan, karena organisasi kehabisan energy untuk menghadapi friksi dan mengelola dinamika yang terjadi. Tidak sedikit manusia terdampar dirumah sakit jiwa, sebelum tuntas meraih cita hidupnya, karena tidak lagi memiliki energi untuk menahan derita dan segala kemalangan yang menimpa.

Energi yang cukup sungguh harus kita miliki untuk bisa mewujudkan segala mimpi. Bagi yang belajar Fisika, tentu sangat familiar dengan formula energi yang dirumuskan Einstein. Energi menurutnya adalah fungsi dari massa (bobot) dikalikan kuadrat dari kecepatannya (E=MC2). Jadi kalau kita ingin meningkatkan energi, menurut teori ini, kita bisa melakukannya dengan meningkatkan bobot, kecepatan atau kedua-duanya.

Bobot manusia tidak terletak pada besar kecilnya fisik yang dimiliki, melainkan pada seberapa beriman dan berilmu dia. Alquran mengatakan bahwa Allah meninggikan orang beriman dan berilmu beberapa derajat (QS. Mujadalah:11). Mengenai kecepatan, hal ini terletak dari kesegeraan manusia dalam melakukan berbagai kebaikan.

Allah mengatakan “Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,”(QS. Al Insyirah:7).

Allah tidak mengatakan “setelah selesai suatu urusan maka beristirahatlah atau berpestalah”, justru kita diminta bersegera menyelesaikan urusan lain, meminjam istilah salah satu capres “lebih cepat, lebih baik”.

Jika kita implementasikan formula Einstein, maka Energi adalah fungsi dari Keimanan, Keilmuan dan Kesegeraan. Semakin tinggi keimanan, keilmuan dan kesegeraan akan semakin besar energi yang ditimbulkan. Sehingga kita dapat mengatakan kombinasi variabel keimanan, keilmuan dan kesegeraan dalam melaksanakan berbagai agenda merupakan sumber energi bagi manusia yang ingin meraih cita-cita. Semakin besar impian yang ingin diwujudkan, maka semakin besar varibel-variabel ini harus ditingkatkan.

Alquran dalam surat Al Baqarah 246-251 menceritakan kisah menarik yang menjelaskan betapa energi manusia ternyata tidak tergantung pada banyaknya logistik yang dikonsumsi, melainkan seberapa tinggi keyakinan dan ketaatannya pada perintah Allah. Kisah ini dimulai saat Musa telah meninggal dan Bani Israil menjadi bangsa yang lemah lagi terancam.

Sebelum kemunculan Nabi Daud ada kekosongan kenabian selama beberapa ratus tahun. Saat itu hanya ada beberapa Nabi lokal diantaranya bernama Syamwil. Bani Israil meminta Syamwil menunjuk seorang pemimpin guna menghadapi Jalut yang berusaha memperluas daerah jajahannya. Kemudian diberitahu bahwa Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai pemimpin. Bani Israil menolak karena Thalut dianggap orang miskin. Namun Syamwil mengatakan Thalut mempunyai kelebihan Ilmu dan fisik, akhirnya mereka menerima Thalut sebagai pemimpin.

Setelah diangkat sebagai pemimpin Thalut melakukan perjalanan bersama pasukannya menuju Jalut. Thalut, yang mengetahui dari ilmunya, menyampaikan bahwa mereka akan menemui sungai, dan Tuhan akan menguji mereka dengan sungai tersebut. Setelah perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah mereka di sungai yang membatasi tentara Thalut dan Jalut. Thalut berkata bahwa mereka yang akan berperang tidak boleh minum air sungai itu, kalau pun minum hanya boleh satu cakupan tangan.

Mendengar perintah Thalut, terpisahlah tentara Thalut menjadi dua golongan. Mereka yang taat dan tidak minum atau hanya minum seteguk, dan mereka yang cuek dan minum sepuasnya. Mereka berfikir sungguh tak masuk akal tentara yang kelelahan setelah berjalan jauh malah tidak boleh minum padahal sebentar lagi akan berperang dengan musuh yang menakutkan.

Ternyata apa yang terjadi?

Setelah minum, golongan yang ingkar dan minum sepuasnya, tiba-tiba diliputi kecemasan dan ketakutan, gentar hati mereka dan bergetarlah lutut mereka. Sementara golongan yang taat dan beriman terhadap apa yang disampaikan Thalut ternyata bersemangat dan memiliki kekuatan menghadapi musuh. Mereka yang telah minum banyak berkata,“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Sementara mereka yang taat menjawab, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Thalut dan pasukannya yang beriman lalu menyeberangi sungai untuk menyambut tentara Jalut. Pertempuran dengan jumlah tentara yang tidak seimbang itu akhirnya dimenangkan pasukan kecil Thalut, dimana Daud yang masih belia berhasil membunuh Jalut yang perkasa.

Kisah Thalut meyakinkan kita bahwa ternyata energi tidak tergantung pada banyaknya logistik, melainkan justru pada seberapa dekat kita dengan Allah, seberapa berilmu kita, dan seberapa cepat kita dalam melaksanakan perintahNya. AlQuran menceritakan dengan jelas bagaimana pasukan Thalut yang minum lebih sedikit dan Daud yang masih belia mampu mengalahkan Jalut yang sangat perkasa.

Kepatuhan Thalut dan Daud pada semua perintah Allah, kesabaran mereka mengendalikan diri dari godaan materi, memberikan mereka energi yang tak tertandingi. Dengan energi yang mereka miliki, mereka tidak hanya mampu meraih impian mereka, melainkan juga menuntaskan impian bangsanya untuk memenangkan pertarungan dan melindungi bangsanya dari penjajahan Jhalut. Semoga kita mampu melipatgandakan energi yang kita miliki dengan kombinasi ilmu, iman dan kesegeraan, sehingga kita mampu meraih semua impian besar kita. Amin. (Mukhamad Najib, Mahasiswa S3 Universitas Tokyo)

Baca Selengkapnya......

Allah-made Versus Man-made Way Of Life

Eramuslim.com

Ketika Rub’iy bin Amer radhiyallahu ’anhu bernegosiasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Persia bernama Rustum, beliau menyampaikan tiga pesan yang menjadi ucapan legendaris dalam sejarah Islam. Point ketiga dari pesan beliau berbunyi sebagai berikut:

إن الله ابتعثنا لنخرج العباد من جور الأديان إلى عدل الإسلام

”Sesungguhnya Allah mengutus kami (ummat Islam) untuk mengeluarkan hamba-hamba Allah (ummat manusia) dari kezaliman berbagai dien menuju keadilan Al-Islam.”

Kata dien seringkali diterjemahkan dengan istilah agama. Padahal dien merupakan suatu istilah yang bermakna jauh lebih luas daripada sekadar agama. Sebab agama pada galibnya diasosiasikan dengan agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha dan lain sebagainya yang semuanya hanya terbatas pada sistem religi atau sistem keyakinan. Sedangkan kata dien berarti sistem hidup atau way of life dimana sistem religi hanya merupakan salah satu bagian daripadanya. Contoh way of life ialah Komunisme, Kapitalisme, Liberalisme, Sosialisme, Nasionalisme, Demokrasi, Theokrasi dan tentu saja Islam termasuk di dalamnya.

Perbedaannya ialah bahwa berbagai dien selain Al-Islam merupakan dien buatan manusia atau man-made way of lives. Sementara Islam merupakan satu-satunya dien ciptaan Allah sehingga ia disebut Dienullah (Allah-made way of life). Seluruh dien buatan manusia atau man-made way of lives pasti mengandung ketidaksempurnaan. Sebab ia dibuat oleh manusia yang tidak luput dari khilaf dan kesalahan. Sedangkan Islam merupakan dien yang sempurna karena diciptakan oleh Allah Yang Maha Sempurna. Segenap dien buatan manusia sedikit banyak pasti mengandung kezaliman, sedangkan dienullah Al-Islam merupakan satu-satunya dien yang akan mengantarkan manusia ke dalam hidup penuh keadilan.

Mengapa segenap dien selain Islam pasti melahirkan kezaliman? Karena segenap dien tersebut dibuat oleh manusia yang Allah sendiri gambarkan sebagai makhluk yang zalim lagi bodoh. Manusia dikatakan zalim dan bodoh karena bersedia menerima amanah berat yang sebelumnya telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung namun mereka semua enggan memikul amanah berat tersebut. Lalu manusia menerimanya. Maka Allah sebut manusia sebagai makhluk yang zalim lagi bodoh.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ

أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab ayat 72)

Allah menyebut manusia zalim dan amat bodoh karena saat manusia menerima amanah tersebut ia seolah mengabaikan rasa ”khawatir akan mengkhianatinya”. Padahal makhluk-makhluk besar lainnya yang ukurannya jauh lebih besar daripada manusia menolak memikulnya karena khawatir akan mengkhianatinya. Manusia terlalu percaya diri bahwa ia akan berlaku jujur dan amanah dalam memikulnya. Dan pada kenyataannya memang ternyata kebanyakan manusia di dalam memikul amanah yang Allah berikan kepadanya berlaku khianat.

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu,” Yang dimaksud dengan amanat ialah ketaatan.” Allah menawarkan ketaatan kepada langit, bumi dan gunung-gunung sebelum Dia menawarkannya kepada Adam. Namun ketiganya tidak sanggup. Lalu Allah berfirman kepada Adam, ”Sesungguhnya aku telah menwarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Semuanya tidak sanggup. Apakah kamu sanggup memegang teguh perkara yang ada di balik amanat tersebut?” Adam berkata, ”Ya Rabbku, apakah yang ada di baliknya?” Allah berfirman, ”Jika kamu berbuat baik maka mendapat imbalan dan jika berbuat buruk maka mendapat hukuman.” Kemudian Adam mengambilnya, lalu memikulnya. Maka Adam lalu terpedaya oleh perintah-perintah Allah. Sehingga belum berlalu waktu yang terlalu panjang Adam sudah mengkhianati amanat tersebut dengan melakukan dosa kemaksiatan atau kedurhakaan kepada Allah Sang Pemberi amanat.

Ketaatan yang Allah kehendaki dari manusia bukanlah ketaatan dalam urusan kehidupan pribadi semata. Namun ketaatan itu harus mencakup ketaatan dalam mengelola urusan kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan mengikuti sistem hidup buatan Allah (Dienullah). Bila manusia menata kehidupan pribadi dan sosialnya berdasarkan Allah-made way of life (Dienullah), maka mereka semua akan memperoleh imbalan yang baik dari Allah di dunia maupun di akhirat kelak nanti. Dan itu sekaligus mencerminkan terwujudnya masyarakat yang bersikap jujur dan amanah dalam memikul amanat yang datang dari Allah.

Namun dalam kenyataannya banyak masyarakat yang dalam menata kehidupan pribadi serta sosialnya lebih memilih untuk menjadikan man-made way of lives (dien buatan manusia) sebagai sistem hidupnya. Dengan demikian mereka bakal memperoleh hukuman Allah di dunia serta di akhirat, cepat ataupun lambat. Dan ini sekaligus mencerminkan terwujudnya masyarakat yang bersikap zalim lagi amat bodoh dalam memikul amanat yang telah diterimanya dari Allah. Masyarakat yang lebih suka menjadikan man-made way of lives (dien buatan manusia) sebagai sistem hidupnya dan dengan sengaja meninggalkan Allah-made way of life (dienullah), maka kezaliman akan tumbuh dengan subur di dalamnya. Dan masyarakat seperti itu layak disebut sebagai masyarakat Jahiliyah (masyarakat yang penuh kebodohan). Kebodohan yang dimaksud adalah al-jahlu ’anil-haq (kebodohan akan hakikat kebenaran).

Semenjak dibubarkannya sistem Islam yang disebut Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924, maka dunia belum menyaksikan wujudnya masyarakat yang menjadikan dienullah semata sebagai sistem hidupnya. Segenap masyarakat dunia dewasa ini menata kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya berdasarkan aneka sistem hidup buatan manusia. Tidak satupun yang menjadikan dienullah sebagai sistem hidupnya. Termasuk negeri-negeri yang mengaku dirinya sebagai negara Islam, maka pada hakikatnya mereka belum menjalankan sistem hidup dienullah. Sebab mereka masih ter-shibghoh (diwarnai) oleh faham qaumiyyah (Nasionalisme). Nasionalisme menganut sistem dimana sebuah negara dibangun berdasarkan kesamaan bangsa sebagai pengikat utama anggota masyarakatnya. Adapun sistem Islam menampung dan mengayomi segenap manusia dari aneka warna kulit, ras, suku dan bangsa. Berbagai negara yang ada dewasa ini sangat membatasi populasinya berdasarkan konsep kebangsaan. Ikatan utama dalam sebuah masyarakat dan negara Islam ialah aqidah Laa ilaaha illa Allah wa Muhammadur Rasulullah. Apapun warna kulit, suku maupun bangsa seseorang selagi ia ber-syahadatain, maka ia memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga sistem dienullah tersebut.

Sudah tiba masanya bagi ummat Islam untuk meninggalkan segenap dien buatan manusia dan menegakkan sistem hidup berlandaskan dienullah. Namun ada prasyarat fundamental yang perlu dipenuhi terlebih dahulu. Haruslah wujud sekumpulan ummat yang memiliki aqidah Islamiyyah secara kokoh dan meyakini sepenuhnya bahwa urusan sistem hidup merupakan urusan yang sangat penting. Bila ummat Islam masih menaruh harapan pada berbagai man-made way of lives, maka sistem Islam tidak akan pernah kunjung tegak. Hanya dan hanya jika ummat Islam telah benar-benar meyakini bahwa Islam-lah satu-satunya way of life yang pasti menghantarkan terwujudnya masyarakat penuh keadilan, maka sistem Islam akan tegak.

Alangkah ironis-nya bila setiap wirid pagi dan petang seorang muslim membaca:

رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبا و رسولا

“Aku ridha Allah sebagai Rabb, dan Islam sebagai dien (sistem hidup) dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.”

Ia membacanya setiap pagi dan petang, namun dalam realitanya ia menunjukkan sikap ridha terhadap berlakunya sistem hidup buatan manusia sebagai way of life. Ia tidak memiliki kegelisahan dan kecemburuan terhadap kenyataan bahwa manusia di sekitarnya masih rela hidup dengan dien-dien selain dienullah. Padahal inilah makna ucapan legendaris Rub’iy bin Amer:

إن الله ابتعثنا لنخرج العباد من جور الأديان إلى عدل الإسلام

”Sesungguhnya Allah mengutus kami (ummat Islam) untuk mengeluarkan hamba-hamba Allah (ummat manusia) dari kezaliman berbagai dien menuju keadilan Al-Islam.”

Baca Selengkapnya......