ASSALAMU'ALAYKUM. SILAHKAN SURFING DI BLOG SAYA. SEMOGA BERKENAN! ^_^

Minggu, 05 September 2010

Lanjut 2: Memandang dari sudut yang mungkin benar versi: ACHMAD PUTRA ANDHIKA ^_^

Bismillah

Ya Allah, selamatkan aku, dan benarkan apa yang keluar dari diriku.[i]

Benar, Indonesia adalah surga dunia! Berbagai macam kebutuhan sumber daya alam tersedia disini. Tak hanya itu, sumber daya manusia yang melimpah pun dapat disediakan di Indonesia. Satu lagi, kekayaan-kekayaan melimpah di Indonesia tersebut juga menciptakan kekayaan lainnya, orang yang tamak atau kita sebut saja si pembuat masalah.

Memang sudah menjadi fitrahnya di setiap sisi kehidupan selalu saja ada pembuat masalah. Dari sekian banyak pembuat masalah di Indonesia, yang lebih sering disorot adalah orang-orang yang memiliki wewenang besar dalam mengatur jalannya kehidupan negara, sebut saja Pemerintah. Semakin besar cakupan otoritas yang dipegang, semakin besar pula kebaikan ataupun kejelekan yang bisa ditimbulkan. Pemerintah tidak selalu membuat jumlah hal-hal negative lebih banyak dari yang positif, hanya saja setiap kepemimpinan baru (periode baru) diberikan bonus PR permasalahn dari kepemimpinan (periode) sebelumnya. Alangkah baiknya jika hal itu bisa diselesaikan, namun ternyata tidak semudah yang dikira. Seperti benih ikan air tawar yang diminta dikelola oleh si peternak sapi. Selalu butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Alhamdulillah, kita paham bahwa yang memerintah adalah kumpulan manusia yang fitrahnya tidak luput dari kebodohan dan kesalahan. Tapi, penduduk yang dipimpinpun merupakan sekumpulan manusia yang juga tidak luput dari kebodohan dan kesalahan. Sudah fitrahnya juga manusia tidak ingin dirugikan, oleh karena itulah selalu timbul tuntutann agar setiap permasalahan segera diselesaikan. Diselesaikan oleh siapa? Ya, siapa saja yang penting pemerintah. (Mungkin sebagian penduduk Indonesia bisa berpikir seperti itu. Tak tahu siapa yang harus menyelesaikan masalah. Hanya menuntut tak tahu arah)

Dengan kebebasan yang ada di Indonesia sejak reformasi terjadi, banyak sekali para sukarelawan yang menawarkan berbagai macam solusi-solusi atas permasalahan yang diciptakan pemerintah. Mulai dari forum, seminar, lokakarya, atau apapun itu, satu hal yang jelas, mereka ingin berkontribusi untuk menyelesaikan berbagai masalah pelik di Indonesia. Awalnya, setiap kebijakan yang dianggap merugikan sukarelawan tanggapi dengan kritikan dan penolakan. Namun, karena pemerintah tetap gigih dengan kebijakannya, kritik dan penolakan pun tak dihiraukan. Setelah kebijakan itu berjalan, timbullah masalah. Dengan lapang dada, beberapa anak bangsa (sukarelawan) menawarkan berbagai macam solusi atas permasalahan yang ditimbulkan. Ya, media massa pun mulai aktif mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai masalah terkait. Akhirnya, permasalahan tersebut mampu dijangkau oleh masyarakat di pelosok Indonesia, istilahnya Booming. 200 jutaan manusia mengetahuinya, dan 200 jutaan pula pemikiran yang muncul (Tak tahu yang berpendapat berapa saja usianya, paham atau tidak ). MasyaAllah, Sebuah potensi yang luar biasa sekali. (jika dimanfaatkan)

Sekali lagi, diterima atau tidaknya pendapat sukarelawan-sukarelawan ahli tersebut bukanlah hal besar jika ada saluran aspirasi yang benar. Tapi, bagaimana kondisinya saat ini? Saat ini yang sering kita lihat kan, mereka (sukarelawan) memberikan tanggapan di media-media massa. Pendengarnya pun jangkauannya se-Indonesia. Tapi, apa iya dengan jangkauan seluas itu semua benar-benar dapat mendengarnya dengan benar? Khususnya lagi, apa kita sudah pastikan pihak pemerintah yang dibicarakan disini memiliki Televisi, suka membaca Koran, bisa internetan, atau minimal bisa baca tulis dengan baik dan benar? Atau, hal yang paling penting adalah apakah mereka (pemerintah) sadar bahwa masalah-masalah yang ditanggapi di berbagai media massa tersebut adalah sebuah masalah (bagi Indonesia.)? (Kalau bagi mereka, ya tidak tahu)

Cukuplah
……………….

Sekarang kita lihat orang-orang baik yang telah bersedia menawarkan diri untuk memberikan kritik, saran, maupun lainnya atas setiap kebijakan pemerintah yang merugikan (baik yang sudah merugikan Indonesia >60 tahun ataupun yang baru berusia 1 minggu). Tak salah jika kita berterimakasih kepada mereka yang meluangkan waktu untuk menanggapi permasalahan pemerintah (bangsa Indonesia). Berkat mereka, wawasan kita pun bertambah, insyaAllah. Usaha keras media massa untuk menyiarkannya pun sepatutnya pulalah kita hargai. Tapi dibalik itu semua, satu hal yang sebenarnya harus ditanyakan pada diri sendiri, “apakah saya harus mendengar perkataannya?” atau bahasa lainnya “Apakah informasi ataupun saran yang diberikan merupakan saran yang benar? Apakah memang seperti itu permasalahannya? Benarkah?”, ya mungkin pendengar harus (belajar) menyeleksi.

Semua kritik dan saran hanya tepat sasaran apabila permasalahan yang dibahas memang benar kondisinya. Terlalu riskan jika kita mendengar dari orang yang mengira-ngira kondisi permasalahan yang terjadi. Sebisa mungkin, kita berusaha agar niat baik tetap menjadi baik hingga akhirnya.

Sekarang bagaimana jika pemerintah (bagaimana jika diasumsikan beberapa menteri pada posisi tertentu) yang dibicarakan disini melihat siaran media massa ataupun membaca Koran yang beredar mengenai permasalahan yang ada. Anggap saja kita punya masalah mengenai Freeport, Malaysia, Kebebasan pers, atau system pendidikan. Dengan seksama, mereka membaca ataupun mendengar media yang sedang ada dihadapannya. Dan pada akhirnya, mereka bersedih dan bergumam “Sahabatku, terimakasih karena telah mengritik kami. Kami senang mendengarnya. Saran yang kalian sampaikan pun sangat menarik dan patut dicoba. Tapi, bagaimana bisa kami mencobanya jika kondisi yang kalian bicarakan sebenarnya tidaklah seperti itu. Banyak kondisi yang kalian tidak tahu tapi kalian berani berasumsi tanpa menyebutkannya kepada pembaca/pendengar bahwa kalian berasumsi. Bukankah itu berbahaya? Banyak lagi kondisi yang kalian lupa bahas karena permasalahan ini terkait dengan hal lainnya. T_T”. ya, mungkin ada yang bergumam dalam hati begitu. Mungkin. ^_^

Jika ini benar, apa pendapatmu? ^_^

Bagaimana jika sekarang kita membahas mengenai sebuah kepemerintahan yang bersistemkan (salah satunya) transparansi? Atau jika sudah pernah dibahas (tentunya), sejauh mana hal itu dilakukan hingga sekarang? Oya, apa batasan transparansinya? Hmm… Dalam menyusun suatu hal usahakan agar berpegang teguh pada firman Allah, diantaranya:

“Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff 1-4)

Terakhir, apa peran kita dalam pencapaian hal ini? Sudah tepatkah sasaran kita?


Wallahua’lam

Bersambung…

[i] Perkataan Ibn al-Musayyab, tokoh senior tabi'in, ketika dia hendak memberikan fatwa

Baca Selengkapnya......

Kamis, 02 September 2010

MARI KITA SADARI BERSAMA ARAH KEBIJAKAN BANGSA INI (Memandang dari sudut yang mungkin benar versi: ACHMAD PUTRA ANDHIKA ^_^)

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaykum wr.wb
Ba’da Tahmid dan Shalawat

Ya Allah, selamatkan aku, dan benarkan apa yang keluar dari diriku.[i]

"Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku? (Al-Qur’an, surat Al-Mu’min:5)

Akhir-akhir ini negara kita disibukkan oleh permasalahan bilateral dengan negara tetangga, Malaysia. Cukup banyak para analisis terkemuka di Indonesia memberikan gambaran, dampak, solusi, dan analisa-analisa lainnya. Begitu pula kondisi para mahasiswa, LSM, dan simpatisan lainnya yang masih memiliki jiwa nasionalisme tinggi ikut ambil andil dalam tindakan-tindakan membela harga diri Indonesia. Semakin terbakar pula semangat sebagian penduduk Indonesia atas masalah ini berkat peran media massa dalam menyebarkan berita. Baik itu berlebihan ataupun tidak, satu hal yang jelas adalah rakyat Indonesia tetap menganggap itu sebagai suatu masalah besar.

Rakyat Indonesia memiliki kebebasan dalam mengekspresikan berbagai macam permasalah yang ada, walaupun terkadang berlebihan, tapi
itulah arti kebebasan yang dipahami oleh sebagian rakyat ini, khususnya sebagian para pendemo. Mekanisme surat protes yang entah ada atau tidak, akhirnya menimbulkan keinisiatifan yang luar biasa. Alat komunikasi baru yang memiliki kemampuan tinggi dan cepat dalam menggaet respon dari yang diprotes pun ditemukan. Mulai dari Kerbau sampai lainnya. Ya mungkin, itulah arti kebebasan yang dipahami oleh sebagian dari mereka

Para wakil rakyat pun memiliki kebebasan dalam mengekspresikan masalah-masalah bangsa ini, ada yang memilih untuk menemukan solusi-solusi, ada yang memilih untuk menciptakan masalah baru, ataupun memilih untuk tidak hadir dalam rapat penyelesaian masalah karena tidak mau pusing. Saking bebasnya, ada sebagian yang memanfaatkan hak tubuh ini untuk istirahat di jam-jam berapapun. Ya, itulah mungkin arti kebebasan yang dipahami oleh sebagian orang dari perwakilan rakyat kita.

Lalu, Pemimpin negara ini pun mengekspresikan hatinya dengan berbagai macam cara pula. Ia mampu mengemukakan pendapat di depan anggota PBB lainnya, sehingga kitapun dipercaya sebagai salah satu anggota DK tidak tetap PBB beberapa saat lalu. Ia pun mengemukakan tentang kondisi perekonomian kita di hadapan para pemimpin negara-negara di dunia ini, hasilnya banyak investor percaya untuk menanamkan modalnya di negara ini. Lalu, ia pun mengemukakan bahwa dirinya menerima ancaman dari teroris, hasilnya adalah penangkapan salah satu tokoh Islam di Indonesia. Coba kita berpikir, informasinya itu dari siapa? Ya, dari mana saja boleh. Lalu, mengenai masalah bilateral antara 2 negara ini, dari dulu hingga sekarang, semenjak pengklaiman budaya hingga penangkapan penduduk Indonesia, solusi yang ada pun tergolong bebas. Kita bebas merasakan klaiman budaya kita oleh si tetangga, dan kita pun bebas ditangkapi oleh tetangga. Ya, Indonesia adalah negara bebas. Apapun bisa dilakukan disini. Mungkin, itulah sebagian pemahaman yang dianut oleh pemimpin-pemimpin kita.

Tak ada yang salah dengan arti kebebasan karena banyak hal positif yang bisa kita peroleh. Coba kita lihat beberapa perusahaan besar, diantaranya ada yang memberikan kebebasan kepada karyawan untuk berkreasi. Kebebasan ini menghasilkan tingkat keinovatifan karyawan yang begitu tinggi. Akhirnya, perusahaan pun menikmati penghematan jutaan dollar atas operasi usaha yang ada. Tapi, kebebasan mereka selalu terarah pada hal yang positif selalu. Bagaimana bisa? Ya, sangat bisa. Karena selalu ada pengakuan, penghormatan, dan penghargaan atas jerih payah mereka yang bermanfaat. Lalu bagaimana caranya Indonesia bisa mengimplementasikan system perusahaan seperti itu? Silahkan berpikir dan tolong tuangkan di comment-comment dibawah ini ….. ^_^
Semoga tulisan ini mampu mengajak kita berpikir dan menemukan solusi-solusi permasalah Indonesia terkait kebebasan yang dianut.

Wallahua'lam
Bersambung… (Diusahakan ya hehe…^_^)

Achmad Putra Andhika
^_^

[i] Perkataan Ibn al-Musayyab, tokoh senior tabi'in, ketika dia hendak memberikan fatwa

Baca Selengkapnya......

Minggu, 29 Agustus 2010

Anumerta dan Panjang Umur versi Achmad Putra Andhika

Bismilahirramanirrahim
(Tulisan lepas saya. Dibilang lepas karena: gak direview lagi, he.)

Assalamu’alaykum wr.wb! (3x)
He

Alhamdulillah ^_^. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.
Hmm…

Sudah tahukah kita bahwa menjadi seorang muslim itu adalah sebuah pemberian Allah yang luar bisa sekali? Jika tahu, apa alasanmu? (Silahkan ditulis di comment ^_^).

Ya, sungguh beruntung mereka yang telah beriman kepada Allah hingga hari ini. Kenapa? Karena semua kebaikan yang dilakukannya sudah dinilai ibadah sejak niat terbesit. Selain itu, ketika kita mendapatkan banyak sekali kebaikan maka kita bersyukur dan itu dinilai ibadah juga. Ketika mendapatkan kesulitan, maka kita bersabar. Dan itu kebaikan (ibadah) pula!

Coba cari kondisi dimana seorang muslim yang bersyukur dan bersabar merupakan hal yang tidak baik? ^_^. G ada.

Oya, pernah mendengar istilah anumerta? Kalau belum tahu, anumerta adalah gelar (lebih tinggi) yang diberikan disaat si empunya sudah wafat. Nah sebagai seorang muslim, kita harus mampu menjadi si empu tadi yang menyabet gelar anumerta. Paham? Begini, ketika kita berjuang mengarungi kehidupan maka berikanlah manfaat bagi orang lain sebanyak mungkin. Tidak mudah? Ya, memang karena sifat dasar manusia adalah egois atau mementingkan dirinya sendiri. Tapi, tenang saja, karena segala kebaikan yang tidak mudah insyaAllah akan Allah ganjar dengan pahala-pahalanya.

"Dimanapun kita berada, selalu menjadi no 1 lah dalam berbuat kebaikan" (APA). Seperti teori Ekonomi, jadilah leader bukan follower dalam membangun bisnis. Karena, leader memiliki peluang lebih besar dibanding follower untuk menguasai pangsa pasar. Begitu juga dengan berbuat kebaikan, kalau ada orang yang melihat kebaikan kita dan ia melakukannya, amal jariyah kita dapatkan.

Begini saudaraku, untuk memperoleh gelar apapun itu ada yang gampang dan ada yang susah. Tapi intinya satu, proses. Orang yang bersabar akan proses yang ia jalani tanpa ia sadari akan membawa dirinya ke lembah kesuksesan ^_^. Coba liat orang-orang yang sukses didunia ini, setidaknya ada 2 hal yang mereka lakukan:

1. Setiap pekerjaan dilakukan dengan tekun dan sabar, plus fokus
2. Tidurnya mereka itu sedikit sekali dalam 1 hari. Kurang dari 4 jam. (Kebanyakan mereka, muslim atau bukan, meniru tidurnya Rasulullah. Kalau muslim meniru, dinilai ibadah. Alhamdulillah)

Bandingkan dengan kita, berani? Yang berani tolong isi comment dibawah dengan keadaan dirinya hehe ^_^. Ya, begitulah keadaan mereka.

Gelar anumerta diberikan oleh negara kepada orang yang diaanggap jasanya sangat besar sekali. Ketika hidup, ya, mereka sudah dapat gelar tersendiri. Tapi, setelah meninggal dunia, negara menyempatkan diri untuk berpikir ulang, “apakah ia hanya mendapatkan gelar ini? Perjuangannya yang begitu besar, sepertinya harus diganjar dengan gelar yang lebih baik.” (mungkin begitulah dialog hati mereka/yang berwenang, he).

Ya, mungkin itu juga bisa menjelaskan maksud dari sebuah doa yang sering kita ucapkan “Ya Allah, panjangkanlah usia Kami, ,,,,,”. Bukan berarti, jika takdir usia kita hanya hingga 63 terus Allah tambahkan menjadi 93 atau 124. Tidak begitu. Tetapi, Allah panjangkan ingatan dan kuatkan ingatan penduduk dunia ini, untuk nama dan perjuangan kita.

Jujur, mau jadi orang yang ketika hidupnya heboh dengan berbagai gelar, prestasi, dan kenikmatan terus dilupakan orang ketika kita telah meninggal dunia. Atau, menjadi orang yang hidupnya penuh prestasi dan kebaikan, dan ketika kita meninggal, banyak sekali orang yang mengingat nama kita?

Jadikanlah, Rasulullah sebagai teladan kita.

“1 hal, hanya niat yang ikhlas untuk beribadah kepada Allah sajalah yang akan memperoleh hal itu. InsyaAllah.”

Semoga Allah berikan kepada kalian semua banyak kebaikan. Aamiin

Waslm

Achmad Putra Andhika

^_^

Baca Selengkapnya......

Jumat, 18 Juni 2010

Antara Shalat dan Disiplin

Assalamu'alaykum wr.wb

Bismillah,

Alhamdulillah, Maha Suci Allah yang memegang jiwa-jiwa kita.
Nabi Muhammad, sang suri tauladan sejati. Semua perilakunya selalu menentramkan para anggota keluarga, tetangga, sahabat, dan orang-orang yang dikenal maupun tak dikenal.

Dunia ini begitu indah
Karena saling berbagi, telah menjadi kebiasaan
Dunia ini begitu tentram
Karena tolong menolong, telah menjadi kesadaran
Dunia ini begitu nyaman
Karena nasehat-menasehati, hadir tanpa diminta

Hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Bahkan, Allah mengajarkan kepada kita agar selalu menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama. Ia memberikan perintahnya dalam contoh nyata, shalat berjamaah. Allah Subhanallahu wa Ta’ala banyak menyebut kata “shalat” dalam Al Qur’anul Karim. Ini mengingatkan bahwa begitu penting perkara ini.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”(QS. Al Baqarah: 43)

Konsekuensinya yaitu pahala yang kita peroleh lebih tinggi 27 derajat dibanding orang yang shalat sendirian. Dalam ketaatan melaksanakan shalat secara berjamaah, kita harus sadar bahwa beberapa keteladanan sedang berjalan. Beberapa teladan itu antara lain:
1. Shalat tepat waktu. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa memenuhi panggilah Ilahi Rabbi tepat pada waktunya. Dibutuhkan perjuangan besar untuk meninggalkan segala hal yang sedang dilakukan. Karena itulah, manusia membutuhkan pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang jauh lebih bermanfaat. Selain itu, waktu yang dimiliki akan semakin teroptimalkan jika kita tetap istiqomah untuk selalu hadir tepat waktu. Apapun acaranya, keistiqomahan itu akan membawa manfaat yang luar biasa besar bagi diri sendiri dan orang lain. Perlu diketahu, bahkan ada sebagian orang yang menunggu waktu shalat tiba. Subhanallah, doa-doa para malaikat insyaAllah ia dapatkan.
2. Sangat mematuhi imam shalat. Beberapa orang mungkin tidak mengetahui dasar kepatuhannya terhadap imam, tapi ia meyakini bahwa sebuah keharusan gerakan shalat seorang imam harus diikuti, bacaannya didengarkan, doa nya diaminkan, dan sebagainya. Salah satu dalil yang bisa kita temukan atas keharusan mengikuti gerakan imam adalah:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, "Tidakkah salah seorang dari kalian takut atau hendaklah salah seorang dari kalian takut apabila ia mengangkat kepalanya mendahului imam bahwa Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah akan merubah rupanya menjadi rupa keledai."(1)
Kepatuhan terhadap pemimpin yang masih tetap menjaga keistiqomahannya dalam menjalankan syariat Allah merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Segala bentuk pergerakan akan mencapai tujuan hanya dan hanya jika komando pergerakan berada hanya pada pemimpin. Segala tindakan akan terintegrasi karena semua berpusat pada pemimpin pergerakan.
3. Ketenangan dan ketentraman. Setelah selesai shalat, terdapat sebagian orang mengulurkan tangannya agar bisa menjabat tangan saudaranya. Kerendahan hatilah yang tampil dibelakang hal ini. Bukan sebuah hal mudah untuk memulai mengulurkan tangan. Harus diakui, hal ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi bukan pula sesuatu yang wajib kita hindarkan bahkan kita jauhi sejauh-jauhnya. Dan sangat sering kita mendapatkan hal positif darinya, jabangan tangan yang kita lakukan melahirkan sebuah senyuman yang menentramkan hati saudaranya

Seandainya kita telusuri lebih jauh, banyak tindakan yang kita lakukan ketika shalat, adalah hal-hal yang sangat baik bagi kesehatan, pola hidup, pola pikir, dan sebagainya. Ada sebuah kata yang saya rasa sangat cocok untuk menggambarkan orang yang mendirikan shalat berjamaah secara sempurna ini. Orang yang mampu menjaga untuk tetap melaksanakannya secara tepat waktu. DISIPLIN.

Orang-orang yang selalu menghadiri shalat pada waktunya dan melaksanakannya secara berjama’ah pastilah orang yang telah membiasakan dirinya untuk melakukannya. Kedisiplinan itulah yang membuat aktivitas shalat tepat waktu dan berjamaah, telah masuk ke alam bawah sadarnya. Kita bisa mengambil contoh lain untuk menjelaskan hal ini, misalnya sebagai berikut:

Kita tentu bisa mengendarai motor, bukan? (Aamiin). Saat ini, kita telah mengetahui dimana rem, gas, gigi, lampu sen, dan sebagainya berada. Ketika mengendarainya, secara otomatis kita mengombinasikan kesemua fitur yang ada pada motor secara baik dan sempurna hingga seberapa jauh pun jaraknya dapat ditempuh. Padahal, dulu kita begitu susah mengendarainya bahkan untuk jarak 5 meter saja! Apakah kita tahu kenapa sekarang hal itu bisa terjadi? Karena kita telah melakukan sebuah aktifitas berulang-ulang, sebuah aktifitas yang akhirnya telah merasuk ke alam bawah sadar kita. Ya, segala sesuatu akan dapat kita lakukan dengan baik jika dan hanya jika telah merasuk ke alam bawah sadar. Dan untuk memasukkan sesuatu ke alam bawah sadar kita, hanya ada satu cara yang dapat dilakukan yaitu: pengulangan dan pengulangan aktivitas secara terus menerus.

Kedisiplinan yang telah kita terapkan dalam melaksanakan shalat, akan semakin bermanfaat apabila dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memang bukan hal yang mudah, karena terkadang kita dapat melakukan sebuah kebaikan di suatu tempat tapi belum tentu bisa melakukannya di tempat lain. Namun, itulah salah satu sumber kemuliaan manusia. Keistiqomahan yang mampu kita jalankan untuk dapat hidup disiplin akan membentuk pribadi yang unggul dan berkualitas dalam masyarakat bahkan umat Rasulullah, insyaAllah.


Achmad Putra Andhika
Jakarta, 2010
Dalam proses belajar menulis
Mohon masukannya

1 Beberapa ahli ilmu berpendapat maksud perubahan di sini adalah perubahan majazi, maksudnya menjadikan pelakunya bodoh seperti keledai. Karena keledai memiliki sifat bodoh. Sekiranya perubahan di sini adalah perubahan hakiki tentunya sudah banyak terjadi karena banyaknya orang yang melakukan seperti itu. Namun pendapat itu perlu diteliti lebih lanjut, karena terkadang ancaman itu benar-benar terjadi sekarang dan kadangkala tidak terjadi sekarang. Hanya saja hadits tersebut menyebutkan banwa barangsiapa melakukannya, maka terancam mendapat hukuman seperti itu. Dalam hadits Abu Malik al-Asy'ari tentang pengharaman alat-alat musik telah disebutkan bakal terjadinya al-maskh (perubahan bentuk menjadi hewan karena kutukan) di kalangan ummat ini. (Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah)

Baca Selengkapnya......

Senin, 07 Juni 2010

Kondisi Periklanan di Indonesia

Ketua Umum PPPI Harris Thajeb menargetkan pendapatan industri periklanan tahun 2010 naik 10% sampai 15% dibandingkan realisasi 2009. Yaitu dari angka Rp 56 triliun menjadi Rp 61,6 triliun sampai Rp 64,4 triliun. Hal ini berkaitan dengan tingginya masyarakat Indonesia menghabiskan waktu di depan televisi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan sekitar 4.3 jam sehari untuk menonton TV, lebih tinggi dibanding AS yang hanya 4 jam.

Berkaitan dengan hal diatas, Milton Chen, Ph.D., seorang pakar pertelevisian anak-anak di Amerika, memaparkanbanyaknya waktu yang dilewatkan anak-anak Amerika untuk menonton TV. Rata-rata mereka menonton selama 4 jam dalam sehari, 28 jam seminggu, 1.400 jam setahun, atau sekitar 18.000 jam ketika seorang anak lulus sekolah menengah atas. Padahal waktu yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan pendidikan mulai dari TK hingga 3 SMU adalah 13.000 jam. Kesimpulannya adalah bahwa anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dibandingkan dengan kegiatan apapun lainnya, kecuali tidur. Penelitian ini sekalipun dilakukan di Amerika, perlulah kita perhatikan. Kenyataan bahwa anak menonton televisi dan film lebih banyak dibanding aktivitas lain yang mereka lakukan tidak hanya terjadi di Amerika, melainkan juga di Indonesia (4,3 jam sehari). Perlu diketahui bahwa, proporsi tayang iklan dalam satu hari siaran di TV mencapai angka 30% bahkan lebih. Jika kita kalkulasi, maka akan didapatkan angka 4.200 jam setahun. Oleh karena itulah, sebagian besar pengamat pertelevisian di Indonesia menjuluki TV sebagai “Guru bertombol di rumah”. Saya pun menyimpulkan bahwa, 30% materi yang disampaikan oleh “Guru Bertombol” itu adalah iklan.

Saat ini, kita dapat melihat secara jelas sekali bahwa sebagian besar iklan di TV mengeksploitasi kaum perempuan. Menggunakan perempuan sebagai barang komoditi yang ditampilkan dalam iklan bukan hal baru. Menjual produk televisi, mobil atau kulkas dengan menggunakan perempuan cantik, ramping, seksi dan berpose dengan gaya sensual seperti iklan untuk produk TV sanken yang menampilkan perempuan muda yang tidur telentang di atas lantai dengan pose “yang anda pun tentu tahu”. Jauh disebelah kanannya ada TV Sanken. Timbul pertanyaan di sini, menjual TV atau seksual?

Berkaitan dengan tata krama beriklan, ada 3 kasus iklan TV lainnya yang bisa kita jadikan contoh. Tiga iklan yang tayang di televisi yaitu iklan Shinyoku "Romy Rafael", iklan So Nice "So Good", dan Iklan Betadine Feminim Hygines "Fakta Bicara" oleh Badan Pengawasan Periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) diputuskan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI). Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Periklanan (BPP) PPPI telah disampaikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

Untuk iklan TV Shinyoku versi Romy Rafael, pelanggaran EPI yang ditemukan adalah penayangan pernyataan superlatif di dalam iklan tersebut berupa yaitu: "paling terang, paling hemat, dan paling kuat." Pernyataan superlatif di dalam iklan melanggar EPI BAB IIIA No. 1.2.2 yang menyatakan bahwa: " Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti "paling", "nomor satu", "top, atau kata-kata berawalan "ter" dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dan otoritas terkait atau sumber yang otentik."

Pada iklan TV So Nice "So Good", pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa mereka yang mengkonsumsi produk yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi daripada yang tidak. Menurut EPI BAB IIIA No. 1.7 menyatakan bahwa: "Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan."

Sedangkan untuk iklan TV Betadine Feminim Hygines "Fakta Bicara", berpotensi melanggar EPI karena ditayangkan di luar klasifkasi jam tayang dewasa. EPI yang dilanggar adalah BAB IIIA No. 4.3.1, yaitu "produk khusus orang dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga 05.00 waktu setempat", selain itu juga EPI BAB IIIA No. 2.8.2 yang menjelaskan bahwa: "produk-produk yang bersifat intim harus ditayangkan pada waktu penyiaran yang khusus untuk orang dewasa."

Jika kita meneliti lebih dalam lagi, besar kemungkinan kasus-kasus pelanggaran etika beriklan yang belum diketahui akan terungkap. Namun, semakin banyak dan biasa pelanggaran etika beriklan dilakukan dan hal ini telah dianggap menjadi sesuatu yang biasa. Padahal, terdampak dampak negatif yang begitu besar dibalik semua pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Gambar atau visual adalah bagian yang terpenting bagi televisi, sehingga pemilihannya pun tidak pernah lepas dari jeratan etika.

Akhir-akhir ini kita semakin dibuat resah dengan munculnya gambar-gambar vulgar dan brutar di televisi. Seperti konsep tradisional tentang news value yang mengatakan bahwa bad news is a good news. Tiap hari kita disuguhi oleh adegan pemukukan di berita, adegan seks, atau gambar mayat yang tergeletak dengan kondisi sangat mengenaskan. Meskipun pada beberapa bagian gambar-gambar tersebut diblur, namun tayangannya tetap saja membawa imajinasi negatif bagi mereka yang melihat. Praktek media massa inilah disebut utilitarianisme, dimana media massa ini mendasarkan pada pendekatan dimana media menayangkan gambar dan naskah tanpa mempertimbangkan efek bagi obyek maupun masyarakat. Berbeda dengan pendekatan emas (gold) yang lebih mempertimbangkan secara detail tentang efek yang ditimbulkan dari pemberitaan baik bagi subyek berita maupun pembacanya.

Dengan kondisi seperti saat ini, peran Komisi Penyiaran Indonesia semakin diperlukan dan telah menjadi hal vital dalam perkembangan kebudayaan Indonesia kedepannya. Kita tak dapat pungkiri lagi bahwa TV telah menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyebaran budaya di Indonesia.

Achmad Putra Andhika
Jakarta, 2010

Referensi
http://faizal.student.umm.ac.id/2010/05/04/tata-krama-dan-tata-cara-periklanan-indonesia/
http://teguhimawan.blogspot.com/2010/03/tiga-iklan-tv-melanggar-etika-pariwara.html
http://c3i.sabda.org/mewaspadai_guru_bertombol_tv_0
http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8:news3&catid=21:artikel&Itemid=313

Baca Selengkapnya......