ASSALAMU'ALAYKUM. SILAHKAN SURFING DI BLOG SAYA. SEMOGA BERKENAN! ^_^

Jumat, 18 Juni 2010

Antara Shalat dan Disiplin

Assalamu'alaykum wr.wb

Bismillah,

Alhamdulillah, Maha Suci Allah yang memegang jiwa-jiwa kita.
Nabi Muhammad, sang suri tauladan sejati. Semua perilakunya selalu menentramkan para anggota keluarga, tetangga, sahabat, dan orang-orang yang dikenal maupun tak dikenal.

Dunia ini begitu indah
Karena saling berbagi, telah menjadi kebiasaan
Dunia ini begitu tentram
Karena tolong menolong, telah menjadi kesadaran
Dunia ini begitu nyaman
Karena nasehat-menasehati, hadir tanpa diminta

Hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Bahkan, Allah mengajarkan kepada kita agar selalu menyelesaikan pekerjaan secara bersama-sama. Ia memberikan perintahnya dalam contoh nyata, shalat berjamaah. Allah Subhanallahu wa Ta’ala banyak menyebut kata “shalat” dalam Al Qur’anul Karim. Ini mengingatkan bahwa begitu penting perkara ini.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”(QS. Al Baqarah: 43)

Konsekuensinya yaitu pahala yang kita peroleh lebih tinggi 27 derajat dibanding orang yang shalat sendirian. Dalam ketaatan melaksanakan shalat secara berjamaah, kita harus sadar bahwa beberapa keteladanan sedang berjalan. Beberapa teladan itu antara lain:
1. Shalat tepat waktu. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa memenuhi panggilah Ilahi Rabbi tepat pada waktunya. Dibutuhkan perjuangan besar untuk meninggalkan segala hal yang sedang dilakukan. Karena itulah, manusia membutuhkan pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang jauh lebih bermanfaat. Selain itu, waktu yang dimiliki akan semakin teroptimalkan jika kita tetap istiqomah untuk selalu hadir tepat waktu. Apapun acaranya, keistiqomahan itu akan membawa manfaat yang luar biasa besar bagi diri sendiri dan orang lain. Perlu diketahu, bahkan ada sebagian orang yang menunggu waktu shalat tiba. Subhanallah, doa-doa para malaikat insyaAllah ia dapatkan.
2. Sangat mematuhi imam shalat. Beberapa orang mungkin tidak mengetahui dasar kepatuhannya terhadap imam, tapi ia meyakini bahwa sebuah keharusan gerakan shalat seorang imam harus diikuti, bacaannya didengarkan, doa nya diaminkan, dan sebagainya. Salah satu dalil yang bisa kita temukan atas keharusan mengikuti gerakan imam adalah:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, "Tidakkah salah seorang dari kalian takut atau hendaklah salah seorang dari kalian takut apabila ia mengangkat kepalanya mendahului imam bahwa Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah akan merubah rupanya menjadi rupa keledai."(1)
Kepatuhan terhadap pemimpin yang masih tetap menjaga keistiqomahannya dalam menjalankan syariat Allah merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Segala bentuk pergerakan akan mencapai tujuan hanya dan hanya jika komando pergerakan berada hanya pada pemimpin. Segala tindakan akan terintegrasi karena semua berpusat pada pemimpin pergerakan.
3. Ketenangan dan ketentraman. Setelah selesai shalat, terdapat sebagian orang mengulurkan tangannya agar bisa menjabat tangan saudaranya. Kerendahan hatilah yang tampil dibelakang hal ini. Bukan sebuah hal mudah untuk memulai mengulurkan tangan. Harus diakui, hal ini bukanlah sebuah kewajiban tetapi bukan pula sesuatu yang wajib kita hindarkan bahkan kita jauhi sejauh-jauhnya. Dan sangat sering kita mendapatkan hal positif darinya, jabangan tangan yang kita lakukan melahirkan sebuah senyuman yang menentramkan hati saudaranya

Seandainya kita telusuri lebih jauh, banyak tindakan yang kita lakukan ketika shalat, adalah hal-hal yang sangat baik bagi kesehatan, pola hidup, pola pikir, dan sebagainya. Ada sebuah kata yang saya rasa sangat cocok untuk menggambarkan orang yang mendirikan shalat berjamaah secara sempurna ini. Orang yang mampu menjaga untuk tetap melaksanakannya secara tepat waktu. DISIPLIN.

Orang-orang yang selalu menghadiri shalat pada waktunya dan melaksanakannya secara berjama’ah pastilah orang yang telah membiasakan dirinya untuk melakukannya. Kedisiplinan itulah yang membuat aktivitas shalat tepat waktu dan berjamaah, telah masuk ke alam bawah sadarnya. Kita bisa mengambil contoh lain untuk menjelaskan hal ini, misalnya sebagai berikut:

Kita tentu bisa mengendarai motor, bukan? (Aamiin). Saat ini, kita telah mengetahui dimana rem, gas, gigi, lampu sen, dan sebagainya berada. Ketika mengendarainya, secara otomatis kita mengombinasikan kesemua fitur yang ada pada motor secara baik dan sempurna hingga seberapa jauh pun jaraknya dapat ditempuh. Padahal, dulu kita begitu susah mengendarainya bahkan untuk jarak 5 meter saja! Apakah kita tahu kenapa sekarang hal itu bisa terjadi? Karena kita telah melakukan sebuah aktifitas berulang-ulang, sebuah aktifitas yang akhirnya telah merasuk ke alam bawah sadar kita. Ya, segala sesuatu akan dapat kita lakukan dengan baik jika dan hanya jika telah merasuk ke alam bawah sadar. Dan untuk memasukkan sesuatu ke alam bawah sadar kita, hanya ada satu cara yang dapat dilakukan yaitu: pengulangan dan pengulangan aktivitas secara terus menerus.

Kedisiplinan yang telah kita terapkan dalam melaksanakan shalat, akan semakin bermanfaat apabila dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memang bukan hal yang mudah, karena terkadang kita dapat melakukan sebuah kebaikan di suatu tempat tapi belum tentu bisa melakukannya di tempat lain. Namun, itulah salah satu sumber kemuliaan manusia. Keistiqomahan yang mampu kita jalankan untuk dapat hidup disiplin akan membentuk pribadi yang unggul dan berkualitas dalam masyarakat bahkan umat Rasulullah, insyaAllah.


Achmad Putra Andhika
Jakarta, 2010
Dalam proses belajar menulis
Mohon masukannya

1 Beberapa ahli ilmu berpendapat maksud perubahan di sini adalah perubahan majazi, maksudnya menjadikan pelakunya bodoh seperti keledai. Karena keledai memiliki sifat bodoh. Sekiranya perubahan di sini adalah perubahan hakiki tentunya sudah banyak terjadi karena banyaknya orang yang melakukan seperti itu. Namun pendapat itu perlu diteliti lebih lanjut, karena terkadang ancaman itu benar-benar terjadi sekarang dan kadangkala tidak terjadi sekarang. Hanya saja hadits tersebut menyebutkan banwa barangsiapa melakukannya, maka terancam mendapat hukuman seperti itu. Dalam hadits Abu Malik al-Asy'ari tentang pengharaman alat-alat musik telah disebutkan bakal terjadinya al-maskh (perubahan bentuk menjadi hewan karena kutukan) di kalangan ummat ini. (Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah)

Baca Selengkapnya......

Senin, 07 Juni 2010

Kondisi Periklanan di Indonesia

Ketua Umum PPPI Harris Thajeb menargetkan pendapatan industri periklanan tahun 2010 naik 10% sampai 15% dibandingkan realisasi 2009. Yaitu dari angka Rp 56 triliun menjadi Rp 61,6 triliun sampai Rp 64,4 triliun. Hal ini berkaitan dengan tingginya masyarakat Indonesia menghabiskan waktu di depan televisi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan sekitar 4.3 jam sehari untuk menonton TV, lebih tinggi dibanding AS yang hanya 4 jam.

Berkaitan dengan hal diatas, Milton Chen, Ph.D., seorang pakar pertelevisian anak-anak di Amerika, memaparkanbanyaknya waktu yang dilewatkan anak-anak Amerika untuk menonton TV. Rata-rata mereka menonton selama 4 jam dalam sehari, 28 jam seminggu, 1.400 jam setahun, atau sekitar 18.000 jam ketika seorang anak lulus sekolah menengah atas. Padahal waktu yang dibutuhkan anak untuk menyelesaikan pendidikan mulai dari TK hingga 3 SMU adalah 13.000 jam. Kesimpulannya adalah bahwa anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dibandingkan dengan kegiatan apapun lainnya, kecuali tidur. Penelitian ini sekalipun dilakukan di Amerika, perlulah kita perhatikan. Kenyataan bahwa anak menonton televisi dan film lebih banyak dibanding aktivitas lain yang mereka lakukan tidak hanya terjadi di Amerika, melainkan juga di Indonesia (4,3 jam sehari). Perlu diketahui bahwa, proporsi tayang iklan dalam satu hari siaran di TV mencapai angka 30% bahkan lebih. Jika kita kalkulasi, maka akan didapatkan angka 4.200 jam setahun. Oleh karena itulah, sebagian besar pengamat pertelevisian di Indonesia menjuluki TV sebagai “Guru bertombol di rumah”. Saya pun menyimpulkan bahwa, 30% materi yang disampaikan oleh “Guru Bertombol” itu adalah iklan.

Saat ini, kita dapat melihat secara jelas sekali bahwa sebagian besar iklan di TV mengeksploitasi kaum perempuan. Menggunakan perempuan sebagai barang komoditi yang ditampilkan dalam iklan bukan hal baru. Menjual produk televisi, mobil atau kulkas dengan menggunakan perempuan cantik, ramping, seksi dan berpose dengan gaya sensual seperti iklan untuk produk TV sanken yang menampilkan perempuan muda yang tidur telentang di atas lantai dengan pose “yang anda pun tentu tahu”. Jauh disebelah kanannya ada TV Sanken. Timbul pertanyaan di sini, menjual TV atau seksual?

Berkaitan dengan tata krama beriklan, ada 3 kasus iklan TV lainnya yang bisa kita jadikan contoh. Tiga iklan yang tayang di televisi yaitu iklan Shinyoku "Romy Rafael", iklan So Nice "So Good", dan Iklan Betadine Feminim Hygines "Fakta Bicara" oleh Badan Pengawasan Periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) diputuskan melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI). Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Periklanan (BPP) PPPI telah disampaikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

Untuk iklan TV Shinyoku versi Romy Rafael, pelanggaran EPI yang ditemukan adalah penayangan pernyataan superlatif di dalam iklan tersebut berupa yaitu: "paling terang, paling hemat, dan paling kuat." Pernyataan superlatif di dalam iklan melanggar EPI BAB IIIA No. 1.2.2 yang menyatakan bahwa: " Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti "paling", "nomor satu", "top, atau kata-kata berawalan "ter" dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dan otoritas terkait atau sumber yang otentik."

Pada iklan TV So Nice "So Good", pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa mereka yang mengkonsumsi produk yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi daripada yang tidak. Menurut EPI BAB IIIA No. 1.7 menyatakan bahwa: "Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan."

Sedangkan untuk iklan TV Betadine Feminim Hygines "Fakta Bicara", berpotensi melanggar EPI karena ditayangkan di luar klasifkasi jam tayang dewasa. EPI yang dilanggar adalah BAB IIIA No. 4.3.1, yaitu "produk khusus orang dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga 05.00 waktu setempat", selain itu juga EPI BAB IIIA No. 2.8.2 yang menjelaskan bahwa: "produk-produk yang bersifat intim harus ditayangkan pada waktu penyiaran yang khusus untuk orang dewasa."

Jika kita meneliti lebih dalam lagi, besar kemungkinan kasus-kasus pelanggaran etika beriklan yang belum diketahui akan terungkap. Namun, semakin banyak dan biasa pelanggaran etika beriklan dilakukan dan hal ini telah dianggap menjadi sesuatu yang biasa. Padahal, terdampak dampak negatif yang begitu besar dibalik semua pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Gambar atau visual adalah bagian yang terpenting bagi televisi, sehingga pemilihannya pun tidak pernah lepas dari jeratan etika.

Akhir-akhir ini kita semakin dibuat resah dengan munculnya gambar-gambar vulgar dan brutar di televisi. Seperti konsep tradisional tentang news value yang mengatakan bahwa bad news is a good news. Tiap hari kita disuguhi oleh adegan pemukukan di berita, adegan seks, atau gambar mayat yang tergeletak dengan kondisi sangat mengenaskan. Meskipun pada beberapa bagian gambar-gambar tersebut diblur, namun tayangannya tetap saja membawa imajinasi negatif bagi mereka yang melihat. Praktek media massa inilah disebut utilitarianisme, dimana media massa ini mendasarkan pada pendekatan dimana media menayangkan gambar dan naskah tanpa mempertimbangkan efek bagi obyek maupun masyarakat. Berbeda dengan pendekatan emas (gold) yang lebih mempertimbangkan secara detail tentang efek yang ditimbulkan dari pemberitaan baik bagi subyek berita maupun pembacanya.

Dengan kondisi seperti saat ini, peran Komisi Penyiaran Indonesia semakin diperlukan dan telah menjadi hal vital dalam perkembangan kebudayaan Indonesia kedepannya. Kita tak dapat pungkiri lagi bahwa TV telah menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyebaran budaya di Indonesia.

Achmad Putra Andhika
Jakarta, 2010

Referensi
http://faizal.student.umm.ac.id/2010/05/04/tata-krama-dan-tata-cara-periklanan-indonesia/
http://teguhimawan.blogspot.com/2010/03/tiga-iklan-tv-melanggar-etika-pariwara.html
http://c3i.sabda.org/mewaspadai_guru_bertombol_tv_0
http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8:news3&catid=21:artikel&Itemid=313

Baca Selengkapnya......